Foto : Kabid Bidang perdagangan Dinas perdagangan SBB
SBB, Globaltimur.com - Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Febri Walaulu, menjelaskan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengawasi harga bahan pokok serta situasi terkini terkait pasokan bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten SBB.
Pernyataan ini disampaikan oleh Febri saat ditemui awak media di ruang kerjanya pada pukul 10:00 WIT pagi tadi.
Menurut Febri, Dinas Perdagangan secara aktif melakukan pengawasan harian terhadap harga-harga barang kebutuhan pokok di pasar. “Setiap hari kami ambil data harga bahan pokok, lalu berkoordinasi dengan dinas terkait. Jika ada komoditas yang mengalami kenaikan harga, kami mengkaji penyebabnya yang biasanya terkait rantai pasokan di belakangnya," jelas Febri.
Untuk produk-produk non-pokok seperti hanger atau kertas, lanjutnya, Dinas Perdagangan belum memasukkannya dalam pengawasan ketat, namun tetap terbuka menerima laporan masyarakat yang merasa dirugikan.
Febri juga menyinggung keterbatasan pasokan BBM di Kabupaten SBB, khususnya jenis Pertalite dan Pertamax.
"Kuota Pertalite kita hanya sekitar 5.400 kiloliter per tahun. Namun, beberapa desa belum memiliki pangkalan resmi, sehingga masyarakat dari desa seperti Taniwel terpaksa membeli BBM di Piru. Hal ini menyebabkan gangguan pada kuota di pangkalan Piru yang berdampak pada pelayanan," ujar Febri.
Mengatasi hal ini, Pemkab SBB telah mengusulkan penambahan kuota kepada pemerintah pusat agar pangkalan baru dapat dibuka di desa-desa lain yang belum memiliki akses langsung ke BBM. Namun, penambahan kuota tersebut belum terealisasi, sehingga distribusi BBM di beberapa wilayah masih terkendala.
Febri juga mengungkapkan bahwa pasokan Pertalite belum sepenuhnya tersedia di SPBU yang berada di Kabupaten SBB.
"Pertamina belum menyalurkan Pertalite ke beberapa SPBU di SBB karena ada standar-standar teknis yang harus dipenuhi oleh SPBU tersebut, seperti digitalisasi sistem. Saat ini, Pertalite hanya tersedia untuk nelayan," jelasnya.
Menanggapi temuan penjualan Pertalite dengan harga tinggi di Kairatu sebesar Rp16.000 per liter, Febri mengatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki sumber pasokan Pertalite yang dijual di luar SPBU tersebut.
"Kami akan tindaklanjuti apakah Pertalite itu berasal dari kuota SBB atau didatangkan dari daerah lain,” tambahnya.
Dinas Perdagangan terus memantau pergerakan harga kebutuhan pokok setiap minggu dan bulan. “Kami memberikan arahan kepada pedagang agar tidak menaikkan harga terlalu tinggi, meskipun sulit untuk membatasi pasokan barang ke wilayah-wilayah tertentu seperti Taniwel yang kerap kekurangan,” tutur Febri.
Febri menegaskan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan distribusi Pertalite dan Pertamax sesuai dengan peraturan yang berlaku. "Kami sedang mengawasi apakah ada indikasi penimbunan, namun saat ini pengawasan di lapangan masih berlangsung,” pungkasnya.
Dengan upaya tambahan kuota dan pengawasan harga yang ketat, diharapkan masalah distribusi BBM dan stabilitas harga barang di Kabupaten SBB dapat segera teratasi. (V374)