Notification

×

Iklan

SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NEWS

Iklan

SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NEWS

Kesbangpol Provinsi Di Duga, Memanipulasi Data Paskibra Asal SBB

Minggu, 09 Juni 2024 | 23:23 WIT Last Updated 2024-06-11T13:45:31Z

Foto : Paskibra asal SBB di duga datanya di manipulasi Kesbangpol Provinsi

Ambon
- Globaltimur.com - Kristine Lumatalale, seorang siswa kelas 10 dari SMA Negeri 3 Seram Bagian Barat (SBB), mengungkapkan kecurigaan terkait adanya permainan kotor yang dilakukan oleh Kesbangpol Maluku dalam pemilihan peserta Paskibra yang akan mewakili Provinsi Maluku Tingkat Nasional pada tanggal 17 Agustus 2024 nanti.


Kristine yang sebelumnya dinyatakan lulus seleksi tingkat kabupaten hingga provinsi dan menjadi salah satu dari empat peserta yang akan diberangkatkan pada tanggal 9 Juni 2024 untuk mengikuti seleksi anggota paskibra tingkat nasional mewakili provinsi Maluku, mendadak digantikan tanpa pemberitahuan resmi.


Tristian menjelaskan bahwa dari awal, dia bersama tiga siswa lainnya dikirim dari Kabupaten SBB untuk mengikuti seleksi di tingkat provinsi. 


"Kami menjalani berbagai tahap seleksi dari Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) hingga wawancara akhir, dan saya lulus dengan nilai tinggi," jelas Kristine kepada wartawan Globaltimur.com melalui Telepon Selulernya, Minggu (9/6/24).


Diketahui, Tristian memperoleh nilai TWK 75, nilai Tes Intelegensi Umum (TIU) 90, dan nilai wawancara 96, menjadikannya salah satu peserta terbaik.


Pada malam pengumuman, Kristine bersama Riska Dwi Latuconsina, Cleo Fadli Ririhena, dan Aril Lestaluhu diumumkan sebagai peserta yang lolos seleksi tingkat provinsi dan akan melanjutkan seleksi ke tingkat pusat.


Keesokan harinya, mereka diarahkan untuk melakukan medical check up di RS Dr. Haulussy Namun, kejanggalan mulai terasa ketika mereka mendapati hasil medis yang dinilai tidak transparan.


Bahkan Kristine lumatalale, mendapatkan informasi kejanggalan hasil medis bukan dari pihak Kesbangpol maupun pihak Kesehatan, melainkan dari salah satu temannya yang juga sempat turut diberangkatkan dari SBB namun tidak lolos seleksi tingkat provinsi.


Informasi yang didapatkan itu menyatakan bahwa hasil medical check up dirinya kekurangan HB dan bahkan sering pingsan saat mengikuti seleksi. 


Hal itu menimbulkan kebingungan bagi Kristine Yelumatalale, karena ia merasa tidak perna mengalami hal itu selama proses seleksi baik dari tingkat kabupaten hingga provinsi.


"Saya tidak memiliki masalah kesehatan yang signifikan, sementara Riska memiliki gigi berlubang 10, hilang 5 dan matanya minus 3,5. Namun, dia tetap dinyatakan lolos dan ikut berangkat kepusat mengikuti seleksi lanjutan." Jelas Kristine.


Lebih lanjut, Kristine mengaku bahwa hasil medical check up menunjukkan dirinya sehat tanpa ada keluhan pingsan karena HB-nya rendah sama seperti yang dituduhkan oleh Kesbangpol dalam hasil rapat Kesbangpol bersama dengan Kesehatan, yang dikirim oleh Panitia Seleksi kepada Ayah-nya.


Banyak kecurigaan terus terkuak, ketika Kristine Lumatalale tahu bahwa informasi yang terus ia dapatkan akan pergantian dirinya tidak perna di informasikan langsung oleh pihak Kesbangpol. Apalagi ia mengetahui bahwa temannya Itin Weno yang memberikan informasi itu kepadanya, malah sempat di panggil oleh pihak Kesbangpol untuk mengikuti seleksi Medical check up bersama Alei Tawainela dan Arum, padahal nyatanya temannya itu tidak lolos seleksi tingkat provinsi.


Ketidaktransparanan makin jelas ketika tiba-tiba muncul sebuah link yang dikirim oleh pihak Kesbangpol kepada temannya Itin Weno, yang mana link tersebut merupakan tiket keberangkatan nama-nama peserta paskibra tingkat provinsi, yang akan mengikuti seleksi tingkat nasional. 


Anehnya, dalam link tiket tersebut, tidak ada nama Kristine Lumatalale dan Cleo Fadli Ririhena, yang sebelumnya telah lolos seleksi tingkat provinsi dan akan di berangkatkan untuk mengikuti seleksi lanjutan di tingkat nasional sebagai peserta paskibra, melainkan nama-nama lain yang tidak mengikuti seleksi sebelumnya, seperti Alei Tawainela dan Arum. 


Bahkan, Michelle Salamoni yang tidak melakukan medical check up, namanya masuk dalam daftar tiket keberangkatan.


Ayah Kristine yang juga merupakan anggota, mencoba mengonfirmasi ke pihak Kesbangpol tetapi hanya mendapatkan jawaban yang berputar-putar tanpa kejelasan. 


"Ketika bapak saya bertanya, mereka justru memutus telepon secara sepihak," ungkap Kristine.


Kini, lima orang yang diberangkatkan terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki, bukan empat orang seperti yang diumumkan awalnya, padahal kuota provinsi Maluku hanya untuk empat orang saja. 


Kristine, yang memperoleh nilai tertinggi pada seleksi provinsi dengan skor 89,46, tidak diberangkatkan tanpa alasan yang jelas.


Kejadian ini menimbulkan kecurigaan adanya permainan kotor dan manipulasi data dalam proses seleksi Paskibra yang akan mewakili provinsi Maluku di tingkat nasional. 


Oleh karena itu, Kristine dan keluarganya berharap pihak berwenang dapat menyelidiki lebih lanjut untuk memastikan transparansi dan keadilan dalam pemilihan peserta Paskibra yang diberangkatkan mewakili Maluku di tingkat nasional.


Laporan ini menyoroti perlunya reformasi dalam sistem seleksi untuk menghindari ketidakadilan dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua peserta yang berprestasi. (V374)

×
Berita Terbaru Update