Notification

×

Iklan

SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NEWS

Iklan

SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NEWS

Terkesan Pelayanan Lambat, Warga Memadati Loket Penjualan Tiket Di Pelabuhan Feri Hunimua-Waipirit, Hingga Desak - Desakan

Rabu, 10 April 2024 | 13:16 WIT Last Updated 2024-04-10T04:16:30Z

Foto : desak desakan penumpang menunggu tiket di loket pelabuhan feri Hunimua 

Ambon
- Globaltimur.com - Pelabuhan Hunimua-Waipirit, Ambon Terjadi penumpukan penumpang di pembelian tiket online untuk kendaraan roda dua di pelabuhan Hunimua-Waipirit, pada hari Rabu (10/4/24) pukul 10:00 Wit.


Para penumpang yang telah membeli tiket secara online mengalami antrian panjang karena harus mengantri bersama penumpang yang belum membeli tiket, sehingga pelayanan yang lambat menjadi keluhan utama para penumpang. 


Meskipun penumpang yang telah membeli tiket secara online sudah melakukan pembayaran, proses print tiket memakan waktu yang lama dan mereka harus mengantri bersama penumpang lainnya.

 

Manager PT ASDP Indonesia Ferry cabang Ambon Patrogi Tambah, yang dikonfirmasi oleh Wartawan media Gakorpan News lewat Via WhatsApp-nya, hanya bisa meminta agar masyarakat bersabar dan mengantri sebentar karena petugas loket baru saja melakukan Solat It. Namun, dia menjamin bahwa penumpang dengan jadwal kapal jam 11:00 Wit akan tetap naik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.


Kejadian menarik terjadi ketika ada penumpang yang meminta agar tiket yang telah dibeli dan dibayar secara online untuk jadwal kapal jam 11:00 Wit dapat langsung di-print. Namun, petugas tiket marah-marah dan bahkan membanting pintu loket dengan mengatakan bahwa "barang Katong seng ada punya waktu dengan keluarga lai kah".


Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah management PT ASDP Indonesia Ferry tidak memiliki petugas dengan latar belakang agama Kristen, karena seharusnya ASDP memiliki prosedur yang mengatur bahwa pada hari-hari besar keagamaan, seperti Natal, petugas yang beragama Islam bertugas, dan pada hari raya Idul Fitri, petugas yang beragama Kristen bertugas.

 

Bahkan penumpang yang membeli tiket di loket kendaraan roda dua juga harus dipindahkan sebagian ke loket pembelian tiket kendaraan roda empat. 


Mengingat ASDP bukanlah perusahaan kecil, seharusnya prosedur seperti ini sudah diterapkan agar pelayanan ASDP kepada masyarakat sebagai penyedia transportasi penyeberangan tidak terhambat.

 

Tidak hanya terjadi penumpukan penumpang di bagian pembelian tiket, tetapi juga terjadi penumpukan di jalan masuk kendaraan roda dua menuju kapal, bahkan penumpang yang membawa kendaraan harus keluar dari jalur karena penumpang yang belum memiliki tiket atau belum mencetak tiket yang telah dibeli secara online memarkir kendaraan mereka terlebih dahulu, bahkan meninggalkan kendaraan mereka untuk melakukan prosedur di loket tiket.

 


Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah ASDP telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai antrian pembelian tiket secara online dan penggunaan jalur kendaraan sesuai dengan jadwal tiket yang telah ditentukan. 


Jika sosialisasi telah dilakukan, apakah ASDP tidak menyediakan petugas untuk mengatur kendaraan-kendaraan tersebut sesuai dengan tiket yang telah dibeli, serta menjaga agar tidak terjadi penumpukan dan memastikan keamanan kendaraan-kendaraan tersebut tetap di jalur menuju kapal?

 

Masyarakat pun meminta agar pihak ASDP lebih memperhatikan pelayanan agar tidak terjadi penumpukan di loket, karena hal tersebut hanya membuang-buang waktu mereka. 


Beberapa masyarakat bahkan berpendapat bahwa pembelian tiket secara manual lebih mudah daripada secara online, karena pelayanan di loket tiket online memakan waktu yang lama, namun mereka juga mengerti bahwa petugas di bagian pembelian tiket mungkin kesulitan menghadapi jumlah penumpang yang begitu banyak seorang diri.


Anehnya lagi, sejumlah kapal yang di sediakan Negera guna melayani masyarakat dan sudah di subsidikan oleh Negara namun ada pihak ketiga yang meraib keuntungan dan anggarannya di bagi dengan pihak Kapal.


Hal tersebut terlihat jelas ada kapal Feri yang di sediakan tempat tidur namun masyarakat harus membayar sebesar Rp. 6000,- untuk mendapatkan satu kasur, hal ini di sampaikan oleh salah satu karyawan pihak ketiga kepada media ini saat di tanyai, dirinya mengatakan bahwa, awal kapal beroperasi semua fasilitas tersedia namun berjalannya waktu fasilitas tersebut tidak ada lagi, sehingga pihak ke tiga dalam hal ini pengusaha Eko lalu membuat kasur sendiri dan tempat tidur kemudian di sediakan di kapal.


Bukan saja itu, ada terminal Cok milik kapal di tutupi dengan lakban putih dengan bertuliskan rusak, sementara terminal lain di manfaatkan pihak ke tiga dengan menyediakan terminal lain agar penumpang bisa gunakan dengan harus membayar saat mencari Hp Rp.5000,- 



Masyarakat bertanya - tanya fasilitas negara yang sudah di subsidikan dengan fasilitas yang lengkap namun di kelabui oleh pihak ke tiga dengan mencari keuntungan diri sendiri, dan masyarakat yang harus jadi korban raib keuntungan oleh pihak ke tiga dalam berbisnis di kapal, hal ini pun di dukung oleh pihak Kapal, karena terindikasi mendapat bagian atau fi juga.


Belum lagi biaya makanan di kantin Kapal meroket, salah satu contoh yang membuat warga keluh adalah Popmi yang harga pasarannya hanya berkisar Rp. 3000,- sampai Rp. 4000,- nya per bungkus atau per buah, karena ingin mengait keuntungan yang begitu tinggi harga Pomi tersebut meroket seharga Rp. 20.000,- perbuah atau per bungkusnya, hal ini juga mestinyaenjadi perhatian serius anggota DPRD Provinsi Maluku, agar rakyat jangan jadi korban pihak ketiga dalam mengait keuntungan.


Beberapa hal buruk yang menjadi temuan tersebut, saat di konfirmasi pihak Kepala ASDP Cabang Ambon, hingga berita ini di turunkan tidak merespon konfirmasi awak Media, namun di ketahui, ada awak Media lain yang statusnya seorang wanita saat mengkonfirmasi pihak Kepala ASDP respon-nya baik sekali, Kepala ASDP perlu di pertanyakan ada apa dengan Kepala ASDP dalam sikapnya merespon awak media terkesan sepihak. (V374)

×
Berita Terbaru Update