Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NEWS

Iklan

SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NEWS

Perubahan Iklim dan Massa Depan NTT, Suara Bae Dari Timur

Jumat, 27 September 2024 | 20:27 WIT Last Updated 2024-09-27T11:27:59Z

Foto : Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Sabu, (Flobamoratas) kelompok Etnis dari provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT) 

Flores
- Globaltimur.com - Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Sabu, (Flobamoratas) kelompok Etnis dari provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT) yang berdomisili di Kabupaten Sikka menggelar kegiatan Diskusi publik mengenai isu isu krusial mengenai perubahan iklim  dan masa depan NTT. 


Kegiatan Diskusi Publik itu berlangsung di Aula lantai tiga kantor bupati Sikka kamis 26/9/2024.siang kemarin. 


Aliansi Voices for Just Climate Action (VCA) menggelar dialog publik bertajuk ‘Suara Bae Dari Timur, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT.


Dialog ini merupakan bagian dari Pesta Raya Flobamoratas, sebuah festival untuk mengangkat praktik baik masyarakat lokal dalam menghadapi krisis iklim global dengan bertujuan mendekatkan isu perubahan iklim kepada masyarakat luas.


 organisasi  tergabung dalam Koalisi SIPIL, Koalisi Pangan BAIK, Koalisi ADAPTASI, dan Koalisi KOPI. Festival ini diadakan untuk mengangkat solusi dan aksi iklim berbasis lokal melalui narasi positif serta karya budaya. Flobamoratas adalah akronim dari Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Lembata, dan Sabu, yang merupakan pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur.


Dialog publik dengan Topik Suara Bae dari Timur diawali dengan pembacaan ‘Manifesto Suara Bae dari Timur’ yang merupakan tuntutan masyarakat kepada seluruh pemangku kebijakan untuk memberi perhatian serius, kritis, dan adil terhadap dampak-dampak destruktif dari krisis iklim global terhadap masyarakat, terutama mereka yang paling rentan terdampak seperti kaum petani, nelayan, masyarakat adat, perempuan serta mereka yang hidupnya bergantung pada pengelolaan sumber daya alam.


Manifesto Suara Bae dari Timur berangkat dari problem lokal dan inisiatif, serta kerja-kerja para anggota koalisi VCA yang telah menyumbang banyak praktik baik sebagai bentuk negosiasi, adaptasi, serta resistensi terhadap isu iklim, terutama berkaitan dengan kebijakan yang tidak ramah pada kelompok-kelompok paling terdampak.


Dialog publik yang digelar di Maumere menampilkan tiga pembicara utama, antara lain Arti Indallah Tjakranegara dari VCA, Servasius Sidin dari Koalisi Adaptasi, dan Paulus Hilarius Bangkur, Kepala Dinas Perikanan/Plt. Kepala Bappeda Sikka, dimoderatori oleh Puji Sumedi, manajer program ekosistem pertanian di KEHATI.


Arti Indallah berbagi tentang bagaimana VCA sebagai program berupaya navigasi aksi-aksi lokal menghadapi perubahan dalam berbagai komunitas dengan isu yang sangat interaksional dan kontekstual.


Sementara itu, Servasius Sidin berbagi tentang praktik-praktik baik yang ia lakukan bersama dengan berbagai komunitas di Koalisi Adaptasi. Ia menekankan tentang pentingnya advokasi kebijakan yang mengedepankan partisipasi warga terutama yang rentan dan paling terdampak terhadap isu iklim.


Paulus Hilarius Bangkur berupaya melihat seluruh krisis dan isu ekologi, khususnya iklim dari sisi kebijakan pemerintah daerah. “Ragam kemungkinan kerja kolaborasi multipihak dan lintas sektor butuh dilakukan dan dilaksanakan secara kolaboratif dan reparatif bagi semua,” ucapnya.


Dialog ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi dan komitmen untuk aksi iklim yang berkelanjutan di NTT. Dialog juga menyoroti pentingnya mendengarkan juga melihat perspektif lokal dalam diskusi tentang perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, serta mengedepankan komunikasi positif yang menginspirasi aksi nyata.


Brian Benedicto sebagai Perwakilan Koalisi Pangan baik dan juga Ketua Panitia Pelaksana PRF tahun 2024 menjelaskan dialog hari ini juga menjadi wadah pembacaan Manifesto yang sudah dirumuskan oleh para Local Champion.


“Komunitas lokal tidak hanya sebagai objek dari kebijakan atau program, tetapi sebagai subjek aktif yang mengutarakan solusi, kreativitas serta rekomendasi bagi pemerintah di dalam menanggulangi masalah lingkungan dan perubahan iklim yang lebih adil, terutama terhadap kelompok rentan yang paling terdampak,” ucap Brian. (YP-24)

×
Berita Terbaru Update