Foto : Seorang pendeta harus menggunakan karung sebagai kursi untuk menyeberang kali dengan tali |
SBB - Globaltimur.com - Warga masyarakat Pegunungan Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku setiap musim penghujan terus menangis pilu, karena mengalami kondisi lumpuhnya akses jalan yang sukar sangat.
Ribuan masyarakat di beberapa Desa daerah pegunungan Kecamatan Elpaputih terus berteriak namun suara mereka tidak di dengar oleh Negara Indonesia, apalagi Pemda Kabupaten SBB, dan bahkan Provinsi Maluku.
Foto: Warga masyarakat Pegunungan Kecamatan Elpaputih, Kabupaten SBB, Provinsi Maluku setiap musim penghujan terus menangis pilu, karena mengalami kondisi lumpuhnya akses jalan yang sukar sangat. |
Informasi terkini kondisi perjalanan ke beberapa Desa di pegunungan Kec. Elpaputih yang berhasil di himpun Media ini, terlihat saat melewati air kali sungai Nui harus menggunakan karung sebagai kursi, dan tali nilon besar dengan menggunakan katrol kecil untuk di jadikan penyebrangan air kali Nui yang begitu derasnya mengalir.
Jarak tempuh dari kali Nui ke Desa Huku Kecil dengan berjalan kaki melewati hutan serta jalanan berbecek kurang lebih mencapai 19 km, dari Huku Kecil Kec Desa Abio mencapai 4 km, dari kali Nui ke Desa Ahiolo mencapai 4 km, dan masih ada Desa kecil yang sangat teranaktirukan yaitu Desa Watui, yang hingga saat ini belum tersentuh akses jalan.
Foto : Seorang warga harus menggunakan karung sebagai kursi untuk menyeberang kali dengan tali |
Kehidupan warga masyarakat di Desa Watui selama ini kurang lebih sudah mencapai ratusan tahun, namun belum menikmati adanya perhatian Pemerintah Negara Indonesia.
|
Kisah sedih kehidupan masyarakat pegunungan Kecamatan Elpaputih ini, terlihat jelas siang tadi sosok pemimpin Umat Gereja Protestan Maluku jemaat Huku Kecil Pdt. L F Amanupujno Ssi. Teol. MPd harus duduk di atas selembar karung guna melewati kali Nui yang sedang deras banjirnya, di sertai sedang memangku seorang anak kecil di atas pangkuannya. (V374)